Bukan saatnya tumbang, aku bukan layangan putus yang tak tentu arah. PR ku masih banyak, keempat anak ini punya masa depan yang indah. Aku percayakan semua pada penopangku Allah sang Maha Baik.Jauh dilubuk hati, doaku untuk mantan suami. Aku tidak mampu lagi menunaikan kewajiban sebagai seorang isteri untuknya. Dia resmi bukan milikku sekarang, kulepaskan segala memori perjuangan cinta kami yang dulu.
![]() |
sumber gambar: unsplash.com |
Bukan, itu memang bukan tulisanmu. Dan sudah tentu aku berharap
kamu tak akan pernah menulis curahan hati seperti itu.
Membaca kisah layangan putus, aku cuma ingin mengingatkanmu perihal
cinta kita berdua.
Aku selalu percaya, cinta adalah reaksi kimia. Gabungan feromon,
endorfin dan serotonin. Setelah beberapa tahun, zat-zat tersebut akan hilang
dari pasangan.
Iya, cinta memang bisa menghilang, seperti yang diceritakan penulis
layangan putus tersebut. Mungkin kamu bertanya, “Mengapa kakek dan nenek kita
bisa bertahan hidup berdua?”
Ketahuilah, kakek dan nenek kita bisa bertahan hidup berdua karena
mereka memiliki sesuatu yang disebut
kasih sayang, keterbiasaan, empati dan tentu saja komunikasi.
Aku memilihmu sebagai teman hidup bukan karena wajahmu, hartamu,
apalagi sekedar gelarmu. Tapi aku melihatmu sebagai orang yang mau duduk
bersamaku sampai rambut memutih dan raga tak mampu lagi berbuat banyak.
Aku juga percaya, cinta bukan tentang kisah dua orang yang telah
lelah mencari. Namun cinta adalah kisah dua orang yang saling menemukan dalam
doa.
Ketika aku menggetarkan pintu langit-Nya dengan janji dalam ikatan
suci, doa dan takdir kita memang sudah bertemu dalam satu garis lurus. Namun
ini bukan akhir dari cerita cinta kita.
Sebaliknya, inilah awal dari ujian hidup kita yang sesungguhnya.
Karena cinta itu bukan hanya berkisar pada bagian indahnya saja. Banyak rasa
yang akan kita kecap dalam cinta: duka, lara, pahit, kecewa.
Banyak ujian yang bisa membuat kita menyerah. Banyak jalanan terjal
yang bisa membuat kita tergelincir. Banyak lubang air yang bisa membuat matamu
tergenang, lautan perasaan yang membuat emosimu berenang-renang.
Tapi percayalah, kita akan bisa berdiri tegak. Aku masih akan
menjadi benang yang mengatur ke mana arah terbang layangan di langit-langit
biru.
Apapun yang menjadi kekuranganku, apapun yang menjadi kekuranganmu,
tak akan menyusutkan niat suciku untuk membimbingmu.
Ingatlah, janjiku tak akan pernah berubah. Kamu tak akan pernah
menjadi layangan putus. Aku masih ingin sakinah denganmu, mawaddah bersamamu,
wa rahmah di dunia dan firdaus-Nya kelak.
Kamu Tak Akan Pernah Menjadi Layangan Putus
Reviewed by Himam Miladi
on
November 04, 2019
Rating:

No comments:
Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini