Dulu, dimasa mudanya, Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam
termasuk pedagang yg sukses. Beberapa sahabat radhiyallohu anhu juga tergolong
pengusaha besar. Harta mereka, jika dikonversikan sekarang mencapai milyaran
rupiah.
Ini Harta lho, bukan Omzet.
Padahal yang dijual juga nggak macam-macam.
Ada yang cuma jual kain, ada yang cuma jual madu, ada yang cuma jual hewan ternak, ada yang jual hasil kebun.
Padahal yang dijual juga nggak macam-macam.
Ada yang cuma jual kain, ada yang cuma jual madu, ada yang cuma jual hewan ternak, ada yang jual hasil kebun.
Menariknya, mereka dulu nggak pakai ilmu Copywriting,
Hipnowriting, covert Selling, cross selling dan ing ing lainnya.
Kok bisa begitu?
Ya, mungkin mereka nggak pakai ilmu itu karena mereka nggak jualan Online.....
Ya, mungkin mereka nggak pakai ilmu itu karena mereka nggak jualan Online.....
Tapi serius. . . .Pencapaian bisnis Rasulullah dan Para Sahabat
itu bukan pencapaian yang biasa.
Makin luar biasa lagi ketika mereka juga mencetak pencapaian Akhirat.
Di dunia lapang, di akhirat menang.
Makin luar biasa lagi ketika mereka juga mencetak pencapaian Akhirat.
Di dunia lapang, di akhirat menang.
Siapa sih yang nggak ingin seperti itu?
Justru aneh kalau ada yang nggak pengin itu semua.
Apapun terjadi semua karena ijin Allah.
Justru aneh kalau ada yang nggak pengin itu semua.
Apapun terjadi semua karena ijin Allah.
Lama saya merenungi, apakah strateginya, apakah amalnya, apakah
managemen bisnisnya, apakah apakah. . . .
Akan banyak teori yang menjelaskan hal-hal di atas, dan mungkin setiap orang berbeda-beda penafsirannya.
Tapi karena keterbatasan ilmu, saya hanya bisa sampai di satu kesimpulan.
Akan banyak teori yang menjelaskan hal-hal di atas, dan mungkin setiap orang berbeda-beda penafsirannya.
Tapi karena keterbatasan ilmu, saya hanya bisa sampai di satu kesimpulan.
Ada yang dimiliki Rasul dan para sahabat yang tidak dimiliki
banyak penjual sekarang.
Apakah itu?
Apakah itu?
Itu adalah "Akhlak"
Saat berbisnis, Rasulullah akhlaknya terpuji, sampai digelari Al-Amin.
Para sahabat pun begitu.
Saat berbisnis, Rasulullah akhlaknya terpuji, sampai digelari Al-Amin.
Para sahabat pun begitu.
Bisnis bukan hanya tentang strategi. Bisnis bukan hanya tentang
jual beli. Bisnis juga butuh akhlak.
Siapa sih pembeli yang tidak suka, jika sikap penjualnya terpuji?
Sebaliknya, tidak ada pembeli yang suka jika sikap penjual seenaknya.
Siapa sih pembeli yang tidak suka, jika sikap penjualnya terpuji?
Sebaliknya, tidak ada pembeli yang suka jika sikap penjual seenaknya.
Kita jualan, yang butuh pembeli itu adalah kita. Jadi janganlah
jadi penjual yang ketus, sombong, angkuh, pamer. Allah nggak suka.
Beli nggak beli, ramah ke semua orang itu harus menjadi sikap
kita.
Sekarang coba lihat. Ada orang berjualan, yang broadcast
sembarangan, ada juga yang nyulik-nyulik grup semaunya, dan hal-hal keji
lainnya.
Promosi via Broadcast boleh, tapi ada aturannya. Mau masukin
orang ke grup boleh, via UNDANGAN, bukan langsung dijebloskan.
Ngetag ke dagangan kita juga harus ijin orangnya dulu, jangan
sampai dia jadi terganggu.
Sekali lagi, bisnis perlu akhlak.
Sekali lagi, bisnis perlu akhlak.
Jika jalankan bisnis kecil saja nggak pakai akhlak, nggak pantas
jalankan bisnis yang lebih besar.
Janganlah kita katakan pembeli itu PHP, bisa jadi cara jualan
kita yang masih salah.
Janganlah kita caci orang yang telat transfer, bisa jadi mereka ada keperluan.
Janganlah kita hina-hina calon pembeli di status-status postingan.
Buat apa? Belum tentu mereka baca
:)
Janganlah kita caci orang yang telat transfer, bisa jadi mereka ada keperluan.
Janganlah kita hina-hina calon pembeli di status-status postingan.
Buat apa? Belum tentu mereka baca
Sudahlah, bagaimana cara mereka memperlakukan kita itu urusan
mereka dengan Allah.Tapi kita juga punya urusan dengan Allah. Kita akan
dimintai pertanggung-jawaban tentang bagaimana kita memperlakukan pembeli.
Boleh punya ribuan strategi untuk jualan. Tapi pastikan terselip
akhlak yang mulia disana.
Omzet hanya angka. Ada yang lebih bernilai dari itu. Yakni pahala.
Omzet hanya angka. Ada yang lebih bernilai dari itu. Yakni pahala.
Kita lebih butuh pahala dibanding jualan kita laris. Dan lebih
enak jika jualan kita laris juga berbuah pahala.
Maka, Jadilah penjual yang punya akhlak.
Ini juga jadi pengingat diri sendiri.
Ini juga jadi pengingat diri sendiri.
(Copy paste, dengan edit seperlunya).
Mencontoh Cara Berjualan Rasulullah SAW dan Para Sahabat
Reviewed by Himam Miladi
on
March 26, 2017
Rating:
Selamat datang di situs Bolavita, kami adalah salah satu Agen Taruhan Terbesar
ReplyDeleteSabung Ayam S128, Judi Bola Sbobet Maxbet 368Bet, Casino Green Dragon 338a, Togel Klik4D Isin4D, Tangkasnet, Semua ada di Bolavita Agen Taruhan terbaik indonesia.
- Bonus Deposit Sportsbook 10% New Member
- Bonus Deposit Live Casino 5%
- Bonus Deposit Bola Tangkas 10%
- Bonus Referensi 2%-7%
- Bonus Undian Gadget Keren,
Hubungi Kami di :
WA : +6281377055002