"Siapa yang ingin berjihad di jalan Allah, saya tunggu
di bukit ini ba'da Subuh"
Kalimat di atas sangat melekat dibenak saya, meski sudah
lama saya mendengarnya disebuah film kepahlawanan berjudul Cut Nyak Dien. Kisah
kepahlawanan para pejuang Aceh yang gagah perkasa melawan penjajah Belanda
ketika itu. Kalimat penuh semangat dan mengandung ruh jihad itu diucapkan oleh
seorang panglima perang Aceh, Teuku Umar dihadapan para pejuangnya.
Saya sempat bertanya, "Kenapa ba'da Subuh ?"
Kala itu, jawaban yang saya dapat sangat polos, lumayan
masuk akal, namun cukup menggelikan kalau dipikir-pikir. "Orang-orang
Belanda itu kan nggak sholat Subuh, jadi kalau pasukan Aceh menyerbu ba'da
Subuh, pasukan Belanda masih tidur dan tidak siap menghadapi serangan".
Seiring dengan waktu, saya mendapatkan jawaban yang
mudah-mudahan lebih tepat untuk pertanyaan "Kenapa ba'da Subuh ?"
Diantara lima waktu sholat wajib, Subuh dianggap paling
berat meskipun jumlah rekaat nya paling sedikit. Bangun Subuh, mendirikan
sholat dan berjemaah di mesjid adalah perjuangan berat bagi sebagian orang.
Bangunnya saja perlu perjuangan, beberapa mata tak sanggup
terbuka, sebagian bangun dengan bermalas-malasan, ada yang terbangun kemudian
terlelap lagi, ada yang bergerak hanya untuk mengambil selimut dan melanjutkan
mimpi, dan ada pula yang tak bergerak sama sekali dan terus mendengkur.
Ada orang-orang yang perlu bantuan orang lain untuk bangun
Subuh.
Kalaupun sudah bangun, ada yang menunda-nunda sholatnya. Ada
pula mendirikan sholatnya dalam keadaan malas, itu terlihat dari gerakan
sholatnya yang terburu-buru atau dari sikap berdirinya yang tidak tegap. Dan
ada loh yang sholat sambil matanya terpejam atau sholatnya sambil berkali-kali
menguap.
Sampai disini sebenarnya sudah lumayan bagus, yang penting
masih mau sholat Subuh. tetapi bagi orang-orang yang lebih beriman, ketika
Adzan berkumandang ia akan semangat bergegas membasuh muka dan berwudhu. Bahkan
sebagian lainya menyesal jika hanya terbangun pada saat Adzan, sebab ia
biasanya bangun disepertiga malam (sholat tahajud) dan tak tidur lagi sampai
waktu Subuh. Orang-orang ini rela mengorbankan kenikmatan tidurnya serta
meminimalkan istirahatnya.
Kesungguhannya semakin teruji ketika ia memilih untuk
"membelah" fajar, menerobos udara dingin menuju mesjid untuk sholat
berjemaah.
Orang-orang yang bersungguh-sungguh diwaktu Subuh inilah
yang dipilih, seperti Muhammad yang terpilih untuk mengangkat Hajar Aswad
karena tiba di Ka'bah lebih dahulu.
Maka wajar jika Teuku Umar meminta para pejuangnya berkumpul
persis ba'da Subuh, karena ia hanya ingin berjuang bersama orang-orang yang
memiliki semangat pengorbanan, yang jiwanya dipenuhi kesungguhan rata-rata
kebanyakan orang lainnya.
Mereka yang tak bangun Subuh, bukan saja tertinggal tak ikut
berjuang, melainkan memang tak dibutuhkan sama sekali dalam perjuangan karena
dianggap tak bersungguh-sungguh.
Pagi tadi, Ummat islam Indonesia kembali menggelorakan semangat jihad melalui gerakan subuh berjamaah 1212 di beberapa masjid raya di berbagai kota di Indonesia. Gerakan sholat subuh berjamaah ini hendaknya bisa menjadi semangat baru bagi kaum muslim Indonesia, semangat untuk semakin mendekatkan diri pada Ilahi, semangat untuk semakin memberikan warna persatuan bagi ummat islam, dan semangat untuk berjihad demi kemuliaan Islam.
Hanya saja, jangan sampai semangat subuh berjamaah ini hanya terpaku pada satu waktu, dan satu gerakan saja. Semangat dan kesungguhan yang diperoleh dari kebiasaan
sholat Subuh, bisa kita terapkan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Seberat apapun masalah, pasti ada jalan keluarnya.
Masalahnya adalah apakah kita memiliki semangat dan
kesungguhan di atas rata-rata untuk mencari jalan keluar nya ? Jika belum,
mungkin ada baiknya kita mulai dengan sama-sama memperbaiki Subuh kita. Mau ?
Perang Aceh, Semangat Jihad Dan Spirit Subuh Berjamaah 1212
Reviewed by Himam Miladi
on
December 11, 2016
Rating:
No comments:
Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini