Ibadah kurban hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan ALLAH (foto: Republika/Masruron) |
Di sebuah tempat penjualan hewan
kurban, seorang anak muda berpakaian necis tampak melihat-lihat sekumpulan
kambing yang dijual untuk keperluan ibadah kurban di Hari Raya Iduladha nanti.
Amir, anak muda tersebut hendak membeli seekor kambing untuk aqiqah putrinya
yang rencananya sekalian dibarengkan dengan perayaan IdulAdha.
Setelah melihat-lihat, Amir memilih
seekor kambing gemuk. Namun, ternyata harga kambing itu di luar perkiraan dan
di luar budget yang sudah disediakan Amir. Meski sudah menawar harga, namun si
penjual tak juga melepas kambing gemuk itu.
Tanggung, Amir pun kembali
memilih-milih kambing yang sesuai dengan ukuran kantongnya. Akhirnya, Amir mendapatkan seekor kambing
berukuran sedang dengan harga lebih murah.
Tiba-tiba, datang seorang nenek
berusia kira-kira 70 tahun seorang diri, tanpa ditemani siapapun juga. Tanpa
basa basi, nenek itu langsung memilih kambing gemuk yang sedianya tadi sudah
dipilih Amir, namun dilepas karena harganya terlalu mahal.
Lebih menakjubkan lagi, nenek itu
membayar kambing gemuk tanpa menawar harganya! Segepok uang yang dibawanya
dalam tas plastik hitam diserahkan pada penjual untuk dihitung.
Amir yang melihat langsung transaksi
itu mendekat, lalu bertanya pada si nenek yang sedang menunggu uangnya dihitung
penjual.
“Beli kambing buat apa Nek?”
“Buat kurban Nak,” kata si Nenek.
“Kok datang sendirian Nek, tidak
ditemani anak cucu?”
“Nenek sudah tidak punya sanak
saudara lagi , anak muda. Nenek sudah lama hidup sabatang kara. Untuk mencari
nafkah hidup, sehari-hari nenek berjualan sapu yang nenek buat sendiri dari
daun kelapa dan daun pisang,” kata si nenek dengan suara lembut.”
Amir tertegun, lalu berkata :
“Masyaallah Nek, dalam kondisi demikian Nenek masih sanggup berkurban.”
Nenek itu tersenyum, dan dengan suara
yang menggetarkan hati ia berkata,
“Nak, Allah sudah sedemikian sayang
kepada nenek. Setiap hari Allah memberi nenek beragam nikmat yang begitu
banyak, yang nenek sendiri tidak pernah mampu menghitungnya. Terutama nikmat
menjadi manusia, nikmat Iman, dan nikmat Islam. Nenek selalu ingat ajaran
Rasulullah, bahwa sebagai seorang hamba, setiap saat kita harus siap berkorban
di jalan Allah. Nenek berpikir, sebagai umat Nabi Muhammad, nenek harus
mengikuti sunah tersebut.
Bayangkan Nak, meskipun setiap tahun nenek berkorban seekor kambing, tapi sebetulnya setiap harinya nenek hanya menghargai nikmat Allah itu dengan berkorban sepuluh ribu rupiah saja. Nak, Nenek tahu Allah begitu kaya. DIA tidak memerlukan uang dari nenek yang hanya sepuluh ribu rupiah setiap hari itu, walaupun memang itu yang dapat nenek korbankan untuk membalas nikmat-NYA yang begitu banyak tak terhitung jumlahnya.
Kalau Allah berkenan memberikan
rezeki yang sedikit berlebih kepada nenek , sebenarnya nenek ingin sekali pergi
berhaji. Tapi nenek sadar, ongkos ke sana besar sekali dan kondisi nenek tidak
memungkinkan. Maka nenek beramal sesuai kemampuan saja, seperti berkorban
sekali setahun ini. Nenek sangat berharap Allah ridha dan menerima korban
nenek.”
Tanpa terasa, air mata Amir menetes
deras. Hatinya terguncang, jantungnya berdebar keras usai mendengar penjelasan
sang Nenek tentang semangat berkurbannya.
Dirinya merasa sangat malu, mukanya
bagai ditampar palu godam. Seorang nenek miskin, dengan pendapatan hanya
seadanya, mau bersusah payah menyisihkan uang dua ribu per hari agar bisa
berkorban setiap tahun untuk membalas berjuta nikmat yang telah
dilimpahkan Allah kepadanya.
Sementara dia, punya penghasilan
beratus kali lipat dibandingkan sang nenek. Sungguhpun begitu, dia masih merasa
berat untuk berkorban. Dia masih menawar harga kambing untuk keperluan akikah
putrinya. Sedangkan sang Nenek, tanpa menawar dan tanpa pertimbangan apapun
juga langsung membeli seekor kambing gemuk, bermodalkan tabungan dua ribu
setiap hari.
***
“Qurban” berasal dari kata “qaruba –
qariibun” yang berarti dekat. Dari asal mula katanya saja kita bisa memahami
bahwa ibadah kurban hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang
memiliki kedekatan dengan ALLAH. Yakni mereka yang senantiasa mampu mensyukuri
segala nikmat yang sudah diberikan Allah.
Kita boleh kaya, punya penghasilan
yang lebih dari cukup. Namun, seringkali hanya untuk membeli seekor kambing
setahun sekali, hati kita merasa berat. Jika pun kita niat berkurban, kita
masih menawar dan mungkin mencari hewan kurban yang harganya paling murah.
Ibadah kurban bukan perkara kita
mampu membeli hewan kurban atau tidak. Tapi seberapa dekat kita dengan Allah.
Karena meski kita mampu membelinya, jika kita tidak mau mendekatkan diri dengan
Allah, hati kita tidak akan tergerak untuk menunaikan ibadah kurban, setahun
sekali.
Catatan:
Tulisan ini
disarikan dari Khutbah ‘Iedul Adha 10 Dzulhijjah 1431 H di Kodam 2 Sriwijaya
Palembang oleh Ustadz Reza Esfan Asjoedjir
Kisah Nenek yang Berkurban Sepuluh Ribu Rupiah Setiap Hari
Reviewed by Himam Miladi
on
July 29, 2020
Rating:
No comments:
Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini