Peristiwa Ibrahim a.s dan Hajar adalah kisah romantisme Keikhlasan (unsplash.com/Juliana Malta) |
Di saat matahari bersinar terik di atas gurun pasir tak
bertuan yang mengelilingi Ka’bah, Ibrahim a.s melangkah pergi. Ditinggalkannya
Hajar dan Ismail kecil, tak dihiraukannya panggilan istri dan anak
kesayangannya itu.
Hajar mengejar Ibrahim a.s. Di tengah sunyinya padang pasir
yang kering kerontang, Hajar berteriak memanggil suaminya.
"Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini? Bagaimana
kami bisa bertahan hidup?"
Ibrahim a.s tak juga menghentikan langkahnya. Ibrahim terus melangkah
tanpa menoleh. Juga tak menggerakkan kepala atau telinga untuk mendengar
teriakan sang istri yang baru saja melahirkan seorang putra yang sudah lama dia
harapkan kehadirannya.
Namun tanpa sepenglihatan Hajar, air mata Ibrahim a.s
meleleh. Remuk redam hati Ibrahim. Perasaannya terjepit antara pengabdian,
kasih sayang dan pembiaran.
Seolah tak terima dengan diamnya Ibrahim, Hajar terus
mengejar sambil menggendong Ismail kecil. Kali ini dia setengah menjerit, dan
jeritannya menembus langit.
"Apakah ini perintah Tuhanmu?"
Aneh, begitu mendengar pertanyaan Hajar ini langkah Ibrahim
langsung terhenti.
Seiring berhentinya Ibrahim, dunia seperti ikut berhenti
berputar. Butir pasir seolah terpaku, kaku tak mampu bergulir. Angin seolah
berhenti mendesah.
Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam.
Mereka menanti apa jawaban Ibrahim a.s. Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan
Hajar membuat semuanya terkesiap.
Ibrahim a.s lalu membalikkan badannya tegas. Ditatapnya wajah
Hajar yang masih mengejar dari kejauhan, lalu meluncurlah jawaban yang ditunggu
para Malaikat itu.
“Iya!”
Mendengar jawaban Ibrahim a.s, langkah kaki Hajar langsung
terhenti. Setelah terdiam sejenak, meluncurlah kata-kata dari bibirnya yang
mengagetkan semua malaikat, bahkan seisi alam semesta.
"Jika ini perintah Tuhanmu, pergilah. Tinggalkan kami di
sini. Tak usah mengkhawatirkan kami. Engkau pergi demi Tuhanmu, maka Tuhanmu
juga yang akan menjaga kami.”
Tanpa berpamitan, tanpa berkata-kata lagi, Ibrahim pun
beranjak pergi. Dilema hatinya punah sudah. Langkahnya kian pasti, menuju
pengabdian pada Sang Ilahi.
Romantisme Nabi Ibrahim dan Hajar
Reviewed by Himam Miladi
on
July 29, 2020
Rating:
No comments:
Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini