| Kita harus menyadari bahwa hakikat pernikahan adalah untuk saling mendukung, dan menerima apa pun yang ada dalam diri pasangan kita (unsplash.com) |
Happily Ever After – bahagia selamanya. Begitulah kebanyakan
akhir dari dongeng bahagia dan buku cerita yang bagus. Seperti yang terjadi
dalam kehidupan nyata, saat orang-orang muda bertemu, jatuh cinta satu sama
lain, memimpikan kehidupan bersama, di mana, seperti yang tampak bagi mereka,
hanya kegembiraan yang akan menunggu mereka. Tidak ada yang akan memisahkan
mereka dan tidak akan dapat menghancurkan kebahagiaan mereka
Tetapi benarkah demikian?
Apakah pernikahan adalah akhir dari semua perjuangan hidup
dengan segala kesulitannya?
Apakah pernikahan merupakan jaminan bahwa pasangan hidup yang
kita cintai, akan menemani kita selama sisa hidup kita? Tidak ada masalah,
tidak ada pertengkaran, tidak ada perpecahan dan perpisahan?
"Semua novel berakhir dengan pernikahan, tetapi sia-sia: itu seperti mengakhiri sebuah karya di sebuah episode di mana perampok menyerang seorang pria di hutan yang gelap." – Leo Tolstoy
Pernikahan adalah awal kehidupan baru
Mimpi indah pernikahan hanya terjadi di awal, masa-masa bulan
madu ketika ikatan kimiawi masih kuat. Pertengkaran, ketidaksepakatan,
kesalahpahaman, yang mana menurut pasangan baru ini bisa terjadi di keluarga
lain, semuanya akan berbeda bagi mereka. Tetapi kemudian satu bulan berlalu,
lalu satu tahun, kemudian anak-anak lahir, pertengkaran sehari-hari mulai
terjadi.
Ternyata, bertemu seseorang dan hidup bersamanya setiap hari
adalah hal yang sangat berbeda dengan kehidupan kita yang lama. Kelelahan
menumpuk, keterasingan muncul, dan setelah beberapa saat kita pun terkejut - ke
mana perginya cinta, mengapa kehidupan keluarga menjadi beban dan tugas yang
membosankan?
Begitu banyak pasangan kekasih yang tidak mengerti bahwa pernikahan bukanlah jalan menuju kehidupan yang bahagia tanpa awan gelap atau kerikil tajam. Pernikahan adalah awal dari jalan baru menuju kehidupan baru di dunia ini, dan sangat sulit kita lalui, di mana orang akan membutuhkan banyak kesabaran, pengertian, dan perhatian satu sama lain.
Banyak pasangan muda yang gagal mengatasi rintangan dan onak
duri di awal pernikahan mereka. Tetapi di sisi lain, jika pasangan yang baru
menikah dapat mengatasi kesulitan awal, mereka akan balasan setimpal dengan
menemukan pasangan hidup yang nyata. Jika berhasil melalui rintangan demi
rintangan di awal pernikahan, barulah kita akan menemukan pasangan yang kita
cintai adalah pasangan hidup yang tepat, yang mana kita dapat berjalan
bergandengan tangan melalui hidup dan yang akan mendukung jalan hidup kita
sampai usia tua.
4 Tahap Menjaga Ikatan Cinta dalam Pernikahan
Bagaimana caranya agar kita dapat melewati rintangan awal
pernikahan?
Bagaimana caranya menjaga ikatan pernikahan kita bisa tetap kuat
dan bertahan hingga akhir hayat kita masing-masing?
Bagaimana cara menjaga cinta satu sama lain dalam pernikahan
- sehingga persatuan kita dan orang yang kita cintai menjadi berkat yang nyata
dalam kehidupan berumah tangga?
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS Ar-Rum, 30:22)
Tempatkan pasangan kita dalam hidup kita yang sebenarnya
Tanpa disadari, banyak orang yang keliru menempatkan
pasangannya dalam prioritas hidup mereka. Banyak suami menganggap istri mereka
sebagai semacam perabotan dan peralatan rumah tangga yang harus siap melayani
mereka - seperti mesin cuci atau kompor, yang tugasnya memberi suami kondisi
hidup yang nyaman. Di satu sisi, banyak istri pada gilirannya, menganggap suami
sebagai mesin ATM untuk mengeluarkan uang, atau tukang ledeng atau tukang
listrik yang memalu paku dan memperbaiki kabel di rumah.
Kita harus menyadari bahwa hakikat pernikahan adalah untuk
saling mendukung, dan menerima apa pun yang ada dalam diri pasangan kita, baik
kelebihan maupun kekurangannya.
Jadi pasangan kita seharusnya bukan hanya semacam alat tambahan
bagi kenyamanan hidup kita. Melainkan orang yang benar-benar dekat, yang
keinginan, kebutuhan, dan masalahnya harus benar-benar penting dan menjadi
prioritas kita. Apa yang terjadi dalam jiwa pasangan kita, bagaimana dia hidup,
kegembiraan dan kesulitan apa yang dia miliki, apa yang dia sukai dan apa yang
menyebabkan dia sedih, kita harus tahu dan peduli.
Sabar
Kesabaran selalu tak tergantikan, dan dalam pernikahan itu
sangat penting pada awalnya. Orang yang sama sekali tidak dikenal mulai hidup
di sebelah kita, dengan kebiasaan, sifat, dan kekurangannya. Dan jika kita
tidak siap untuk menerima pasangan kita dan menunjukkan kesabaran, pernikahan kita
akan memiliki akhir yang sangat menyedihkan.
Fokuslah pada kelebihan dan kebaikan pasangan kita sehingga
kita bisa mengabaikan setiap kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya. Kita bisa mencontoh sikap Khalifah Umar bin
Khattab dalam menghadapi kemarahan istrinya.
Khalifah Umar bin Khatab r.a kerap diam setiap kali istrinya
marah. Umar tahu mungkin saat itu istrinya capek, jenuh dengan segala beban
rumah tangga di pundaknya. Umar tahu istrinya telah berusaha membentenginya
dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh
anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri,
Umar rela mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.
Tetap Romantis
Tak sedikit kaum Muslim menganggap romansa dalam pernikahan
itu tidak pantas, dan Islam tidak menyukai romantisme.
Sadarilah, setelah kita menikah maka apa pun yang ada pada diri
pasangan kita adalah halal dan tidak ada larangan bagi kita untuk memperlakukan
pasangan kita seromantis apa pun. Bahkan, Rasulullah memberi contoh bagaimana
memperlakukan istri sebaik dan seromantis mungkin.
Aisyah, istri Rasulullah adalah gadis muda. Dalam kehidupan rumah tangganya bersama Rasulullah, Aisyah banyak menceritakan episode-episode romantis yang dilakukan Rasulullah terhadapnya. Bagaimana Rasulullah bercanda dan bermain dengannya, berlari bersamanya, memberinya julukan penuh kasih sayang, memperhatikan suasana hatinya – sehingga dikatakan Rasulullah sampai tahu kapan dia bahagia dan kapan dia marah.
Tetaplah romantis terhadap pasangan kita, sekalipun masa
bulan madu sudah lewat. Beri kejutan yang menyenangkan satu sama lain. Jangan
lupa tentang tanggal yang tak terlupakan (ulang tahun, tanggal pernikahan). Sediakan
waktu untuk bersama dalam canda dan tawa. Jika memungkinkan, habiskan akhir
pekan atau liburan hanya berdua saja.
Doa
Terakhir, jangan sampai lupa bahwa di atas segala upaya yang
kita lakukan untuk menjaga ikatan cinta dalam pernikahan, ada takdir Allah yang
menentukan masa depan kita. Dan satu-satunya yang bisa mengubah takdir adalah
doa kita kepada Allah yang Maha Kuasa.
Mintalah kepada Yang Mahakuasa untuk memperkuat pernikahan kita,
agar tidak ada pertengkaran, kesalahpahaman, dan kedinginan hati yang bisa
menghancurkannya.
Berikut beberapa doa untuk memperkuat ikatan cinta dan
menjaga pernikahan kita:
Ya Allah, berilah kedamaian dan keharmonisan antara aku dan istriku (pasanganku) dan satukan kami dalam kebaikan.
Ya Allah, jadikanlah pernikahan kami bahagia dan berkah. Perkuat pernikahan kami dan beri kami cinta abadi. Jauhkan kami dari perselisihan dan ghibah.
Ya Allah, satukan hati kami dan perbaiki hubungan kami. Pimpin kami di jalan dunia dan pimpin kami keluar dari kegelapan menuju terang. Jauhkan kami dari kata-kata kotor, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan.
Ya Allah kuatkan pernikahan ini sebagaimana Engkau kuatkan pernikahan antara Adam dan Hawa, antara Muhammad dan Khadijah, antara Ali dan Fatimah, semoga Allah meridhoi mereka. Ya Allah, berilah kami anak-anak yang saleh, rezeki yang berkah dan amal ibadah yang Engkau terima.
No comments:
Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini