Meneladani Prinsip Khalifah Umar bin Khattab Tentang Poltik Dinasti

Bagi Umar, kekeluargaan tidak berarti bahwa keadilan boleh dilangkahi dan diinjak-injak (ilustrasi diolah dari Canva)



Suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab masuk ke rumah puteranya, Abdullah bin Umar. Saat itu, Abdullah bin Umar sedang makan daging sendirian.
Umar yang melihatnya langsung marah. Katanya pada Ibnu Umar,
"Mentang-mentang putera Amirul Mu'minin....., kamu makan daging, sedangkan orang lain berada dalam kesusahan!".....

Suatu hari pula, Khalifah Umar bin Khattab sedang blusukan di pasar untuk pemeriksaan. Di bagian pasar yang khusus menjual hewan ternak, terlihat oleh Khalifah Umar sekelompok unta yang gemuk, sementara unta-unta lainnya terlihat biasa saja.
Umar lalu bertanya pada seorang pengunjung pasar,
"Unta siapa ini (yang gemuk)?"
"Unta Abdullah bin Umar," jawab mereka.

Mendengar itu, meledaklah amarah Khalifah.
"Abdullah bin Umar? Putera Amirul mu'minin itu?"

Umar lalu mengirim utusan untuk mencari Abdullah bin Umar secepatnya. Ketika utusan itu menyampaikan kabar, Ibnu Umar pun datang dengan tergesa-gesa.

Setelah berdiri di depan Khalifah,  Abdullah bin Umar mendapati kedua mata ayahandanya melotot tajam dan marah ke arahnya. Sebelum putranya itu sempat mengucap sepatah kata pun, Khalifah Umar langsung bertanya,
“Benar unta-unta yang gemuk ini milikmu hai Abdullah?”
“Benar wahai Khalifah,” jawab Abdullah bin Umar. Meski yang bertanya itu ayahnya sendiri, Abdullah bin Umar memanggilnya Khalifah karena Umar datang ke pasar dalam rangka tugas kekhalifahannya.

“Coba jelaskan hai Abdullah, bagaimana unta-unta milikmu gemuk sementara unta-unta lainnya yang ada disini biasa saja?” tanya Khalifah Umar.
"Mulanya unta-unta itu kurus", ujar Abdullah, "saya beli dengan uang saya, kemudian saya kirim ke tempat pengembalaan dan nanti akan diperjualbelikan, dan mengharap keuntungan seperti yang diharapkan orang lain...."
"Lalu tatkala mereka melihatnya...", sela Umar dengan sentilan menyengat, "orang-orang akan berkata: 'Gembalakan unta putera Amirul Mu'minin...., sediakan minumannya secukupnya....' Dengan demikian hai putera Amirul Mu'minin, untamu jadi gemuk dan keuntunganmu berlipat ganda!"

Kemudian seru Khalifah:
"Hai Abdullah bin Umar, putera Amirul Mu'minin! Ambil kembali modalmu yang telah kamu gunakan untuk membeli unta-unta itu...., dan serahkan keuntungannya kepada Baitulmal milik kaum muslimin!"

Abdullah bin Umar  tidaklah melakukan perbuatan mungkar, ia hanya menggunakan hartanya yang halal untuk mencari keuntungan yang halal dalam suatu perdagangan yang halal pula. Sementara kepribadiannya, akhlaqnya, agamanya, tak usah diragukan lagi ketangguhannya.
Tapi.....karena ia putra seorang Amirul Mu'minin, maka Umar bin Khattab menghalanginya untuk mendapatkan haknya. Umar khawatir, kalau hubungan keturunan dengan dirinya itulah yang menjadi sebab Ibnu Umar memperoleh keuntungan, yang peluangnya tak akan bisa diperoleh orang-orang selainnya.

Itulah salah satu contoh sikap tegas Umar bin Khattab terhadap keluarganya sendiri. Kalau kita membaca kisah hidup Umar bin Khattab pada masa kekhalifahannya, kita akan mendapati bagaimana ketegasan  Umar agar seluruh keluarganya tidak dapat menikmati fasilitas negara sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah, pemimpin kaum muslimin.

Ketegasan itu dilandasi penghormatannya yang tiada tara terhadap tanggung jawab, dan penghormatan yang sebesar-besarnya terhadap amanat, yakni amanat sebagai pemegang kepemimpinan dan kepala pemerintahan.

Sebagai pemimpin, Umar sangat menyadari bahwa ujian yang paling berat dalam menunaikan amanat pemerintahan adalah mengenai hubungannya dengan kaum keluarganya. Umar ingin memastikan bahwa dirinya selaku kepala pemerintahan dapat mempersamakan keluarganya dengan orang lain yang menjadi rakyatnya di hadapan undang-undang yang sama dan keadilan yang serupa.

Bagi Umar, kekeluargaan tidak berarti bahwa keadilan boleh dilangkahi dan diinjak-injak, atau undang-undang itu dapat dibengkokkan apalagi diabaikan dan dibatalkan. Bahkan, akibat hubungan kekeluargaan ini, keluarga Umar sampai terhalang mendapatkan hak yang mereka usahakan sendiri, seperti yang sudah kita ketahui dari kisah unta milik Abdullah bin Umar di atas.

Selain membentangkan garis pembatas yang kuat antara dirinya selaku kepala pemerintahan dengan keluarganya, Umar juga sangat anti pada politik dinasti. Sewaktu Umar hendak wafat usai sakit keras akibat diracun orang Yahudi, ia menolak usulah Mughirah agar ia langsung mengangkat putranya Abdullah bin Umar sebagai khalifah berikutnya.

Umar juga tidak mau mengabulkan permohonan orang-orang yang memintanya agar Abdullah bin Umar dimasukkan sebagai salah seorang  dari 6 anggota tim formatur yang akan berunding dan memilih calon khalifah selanjutnya. Kepada mereka Umar berkata,
“Cukuplah seorang saja di antara keluarga Umar yang akan dituntut pertanggungjawabannya dalam hal ini (kepemimpinan), yakni Umar.”

Padahal, Umar sebagaimana kaum muslimin saat itu tahu dengan pasti kapasitas dan kapabilitas Abdullah bin Umar. Namun, Umar dengan tegas tak hendak mengambil kesempatan “mentang-mentang putera Amirul Mukminin” agar putranya dapat menjadi khalifah yang akan menggantikannya.

Menurut Umar,
“Yang takwa dan adil itu bukan hanya Ibnu Umar dan keluarga Umar saja. Masih banyak lagi di antara kaum muslimin yang ketakwaanna dan keadilannya tidak kurang dari Umar. Seandainya Umar lebih mengutamakan putra atau keluarga sendiri, berarti ia pilih kasih dan menyombongkan diri.”

Umar tidak ingin apabila ia mengangkat putranya atau salah seorang dari keluarganya sebagai pemimpin, maka kelak penguasa-penguasa yang lain akan mengangkat keluarga mereka secara sembrono dengan alasan sudah dicontohkan oleh Umar. Oleh sebab itu, Umar menggariskan satu prinsip penting perihal apa yang saat ini kita sebut politik dinasti:

“Barangsiapa mengangkat orang kesayangan atau keluarganya untuk suatu jabatan, yang tak ada alasan untuk mengangkatnya selain karena hubungan keluarga dan kasih sayang, maka berarti ia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman.” 






Meneladani Prinsip Khalifah Umar bin Khattab Tentang Poltik Dinasti Meneladani Prinsip Khalifah Umar bin Khattab Tentang Poltik Dinasti Reviewed by Himam Miladi on July 19, 2020 Rating: 5

1 comment:

  1. Caesars welcomes players to Las Vegas Strip for an additional
    When the Tropicana 의왕 출장샵 Las 대구광역 출장마사지 Vegas Resort & Casino first opened, guests were 김제 출장마사지 able 익산 출장마사지 to enjoy an exciting night out 구미 출장안마 at a casino

    ReplyDelete

Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini

Powered by Blogger.