Ramadan Bulan untuk Berkata Baik

Oleh: Himam Miladi

 


ramadan bulan untuk berkata baik,bahaya lidah manusia
Puasa di bulan Ramadan adalah momen tepat untuk melatih kebiasaan selalu berkata baik. Islam mengajarkan kita bahwa puasa itu tidak hanya menahan lapar dan haus


Bulan Ramadan yang diberkahi adalah bulan kedermawanan, sedekah dan berlomba-lomba dalam kebaikan, baik lisan maupun amal. Di antara perbuatan baik lisan adalah bertuturkata yang baik yang tidak membahayakan.

Allah memerintahkan hambanya untuk bertuturkata yang baik ketika kita berinteraksi dengan sesama manusa.

 

وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ

Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. (QS Al-Baqarah, 2: 83)

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا ٥٣

Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS Al-Isra, 17: 53)

Allah juga memperingatkan hambanya bahwa semua ucapan yang keluar dari lisan manusia itu tercatat dan terekam dalam buku amal perbuatan.

 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (QS Qaf, 50: 18)

Ramadan Bulan untuk Berkata Baik

Puasa di bulan Ramadan adalah momen tepat untuk melatih kebiasaan selalu berkata baik. Islam mengajarkan kita bahwa puasa itu tidak hanya menahan lapar dan haus. Orang yang berpuasa harus menghindari sesuatu yang lebih dari sekedar makanan dan minuman. Orang yang berpuasa tidak boleh berperilaku buruk, baik melalui lisannya maupun perbuatannya.

Nabi () mengajarkan bagaimana seharusnya orang yang berpuasa itu:

Puasa itu bukan hanya menahan makan dan minum saja, tetapi juga menahan diri dari ucapan yang sia-sia dan bahasa yang kotor. Jika salah seorang di antara kalian dicaci maki atau disakiti, hendaklah ia berkata: “Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa.” (HR Bukhari-Muslim)

Dalam hal perkataan, Rasulullah () dikenal sangat berhati-hati terhadap lidahnya dan memperingatkan dengan keras kepada sahabat-sahabatnya untuk menjaga lidah, sebab orang bisa tersungkur ke neraka karena lidahnya. 

Ibnu Mas’ud berkata, Aku mendengar Rasulullah () bersabda, Bahwa kebanyakan dosa anak adam itu pada lidahnya. (HR Thabrani dan Baihaqi)

Dalam hadis lain diriwayatkan, pada suatu kali seorang perempuan mendatangi Aisyah r.a hendak menanyakan sesuatu. Ketika perempuan itu pulang, Aisyah berkata, “Alangkah pendeknya perempuan itu.”

Nabi Muhammad () yang mendengar perkataan Aisyah segera menegur, “Ya Aisyah, itu adalah ejekan.”

Aisyah menjawab, “Aku hanya mengatakan yang benar, ya Rasulullah.”

Maka Nabi () pun menjawab, “Oleh karena itu, perkataanmu merupakan ejekan. Kalau engkau mengatakan yang tidak benar, maka engkau termasuk orang yang berdusta, yang lebih besar dosanya.”

Rasulullah () bersabda,

“Barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Bahaya Lidah Manusia

Lidah termasuk anggota tubuh yang sangat istimewa, nikmat luar biasa yang dikaruniakan Allah kepada kita.  Hakikatnya, lidah termasuk anggota tubuh yang ukurannya kecil. Namun, ketaatan dan kemanfaatan seseorang, juga dosa dan kemudharatan seseorang bisa diukur dari lidahnya. Kufur dan iman seseorang bisa tampak dari kesaksian lidahnya.

Imajinasi, kenyataan, atau dugaan semuanya dapat dicapai dengan lidah. Ilmu pengetahuan juga dicapai dan disampaikan oleh lidah, baik yang benar maupun yang batil. Tiada suatu pun, melainkan ilmu itu menerima untuk lidah. Inilah keistimewaan yang tiada di dapat anggota tubuh lainnya. Mata, tidak akan sampai melainkan kepada warna dan bentuk. Telinga, tidak akan sampai melainkan kepada suara. Tangan, tidak akan sampai kepada yang tidak berwujud padat.

Segala bentuk komunikasi, sejak manusia diciptakan hingga kini masih memakai lidah sebagai media penyampaian. Di dalam lidah pula bersumber kebenaran atau fitnah.

Bahaya yang ditimbulkan oleh lidah jauh lebih besar dosanya dibandingkan yang disebabkan oleh anggota tubuh lainnya. Tangan bisa menganiaya, namun fitnah yang ditimbulkan oleh lidah kita jauh lebih besar dampak dan dosanya.

Kita tidak akan bisa terlepas dari bahaya yang ditimbulkan lidah, selain dengan bertindak diam. Karena itulah, Rasullah () memuji orang yang bertindak diam dan mengajak kita semua untuk menahan lidah.

Rasulullah () bersabda, “Barangsiapa diam, niscaya ia terlepas (dari bahaya).” (HR Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Keutamaan berbuat diam di antaranya adalah terhindar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat lidah, yang dapat mengantarkan si pemilik lidah ke dalam lubang dosa dan kehinaan.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menerangkan, ada 15 bahaya yang disebabkan oleh lidah manusia

  1. Membicarakan hal yang tidak perlu
  2. Perkataan yang berlebihan
  3. Berbicara hampa (omong kosong) dalam hal batil
  4. Bertengkar dan berbantah-bantahan
  5. Permusuhan
  6. Kata-kata keji, caci maki dan kekotoran lidah
  7. Mengutuk
  8. Sendau gurau berlebihan
  9. Menghina dan menertawakan orang lain
  10. Membuka rahasia orang lain
  11. Janji palsu
  12. Dusta pada ucapan dan sumpah
  13. Fitnah dan adu domba
  14. Berlidah dua (bermuka dua)
  15. Sanjungan berlebihan

Inilah bahaya yang tidak berat dilakukan oleh lidah kita, dan disukai oleh hati kita. Hati yang sudah tercemar oleh godaan syaitan yang terkutuk. Bagi orang-orang yang sudah terbiasa, sulit baginya untuk menahan lidah. Dilepaskannya semua yang disukainya melalui lidah, dan ditahannya apa yang tidak disukainya.

Rasulullah () bersabda, “Simpanlah lidahmu, selain untuk kebajikan. Karena yang demikian itu, engkau berarti dapat mengalahkan syetan.” (HR Ibnu Hibban dari Abu Dzar).

Kunci penyelamat dari bahaya-bahaya yang disebabkan lidah tersebut tak lain adalah diam. Selain menyelamatkan kita dari bahaya yang menjerumuskan ke dalam dosa, diam atau menahan lidah juga membawa banyak manfaat bagi kita, di antaranya: penggunaan waktu untuk berpikir, untuk berzikir, untuk beribadah, tetapnya kehormatan diri, dan yang lebih penting, selamatnya kita dari perhitungan amal yang disebabkan oleh kata-kata yang kita ucapkan selama hidup di dunia.

Kata-kata yang baik menyerukan moral yang baik dan perbuatan yang benar. Seseorang yang mampu mengendalikan lidahnya akan mampu pula mengendalikan semua urusannya.

Rasulullah () bersabda, “Berbahagialah orang-orang yang menahan kelebihan dari lidahnya dan membelanjakan kelebihan dari hartanya.” (HR Baihaqi)

 

Wa’allohu ‘a’lamu bisshowaab

 

Reviewed by Himam Miladi on April 03, 2022 Rating: 5

No comments:

Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini

Powered by Blogger.