Jika kita bisa memaknai puasa Ramadan, maka akan melahirkan perubahan karakter yang lebih baik setelah bulan suci Ramadan berlalu |
Puasa
Ramadan hendaknya tidak hanya sekedar dilakukan/dilaksanakan, namun juga harus
dimaknai. Kalau puasa hanya dilaksanakan, itu berarti kita hanya sekedar
mengugurkan kewajiban. Tak ada bekasnya di dalam diri kita setelah bulan
Ramadan berlalu. Kalau puasa hanya dilaksanakan, kambing pun bisa melakukannya.
Cukup kita kurung kambing itu di dalam kandang, tanpa kita beri makan dan
minum, maka dia akan berpuasa.
Jika
kita bisa memaknai puasa Ramadan, maka akan melahirkan perubahan karakter yang
lebih baik setelah bulan suci Ramadan berlalu, atau setelah kita berpuasa.
Syekh Rasyid Ridho dalam tafsir Al-Manan mengatakan, puasa hakikatnya adalah
pendidikan untuk kemauan. Selama bulan puasa, kita dididik untuk
mengekang/membatasi segala kemauan atau keinginan kita.
Imam
Ghozali berpendapat, puasa Ramadan adalah Madrasah Rohani. Menurut Imam
Ghozali, ada 4 unsur rohani yang mendapat pendidikan selama kita berpuasa.
1. Pendidikan Hati
Orang
yang berpuasa diharapkan memiliki Qolbun Saliim, hati yang selamat.
Rasulullah
(ﷺ) bersabda,
” أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ
صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ
القَلْبُ.“ رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah,
sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu
baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk,
maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hati adalah pusat pergerakan jasad insan. Jika hati seseorang
itu sehat, maka seluruh anggota tubuh akan sehat dan sejahtera. Sebaliknya,
jika hatinya kotor, maka amal perbuatan anggota tubuh juga akan rusak dan kotor,
tiada guna dan tiada berpahala.
Maulana Muhammad Zakariya Al-Khandhlawi dalam kitabnya Fadhilah
Amal menyatakan hati diibaratkan seperti cermin. Semakin kotor cermin tersebut, semakin kurang
cahaya yang dipantulkannya. Sebaliknya, apabila cermin itu semakin bersih, maka
semakin terang pula pantulan cahaya marifatnya. Di antara tanda hati yang kotor
dan berpenyakit adalah:
·
Sering gelisah dan tidak tenteram
·
Selalu membanggakan diri sendiri
·
Memandang rendah dan hina terhadap orang
lain
·
Menganggap diri lebih daripada orang lain
·
Tidak amanah dan ingkar janji
·
Sering mencari aib orang lain dan
disebarkan
·
Suka mengumpat dan menyakiti orang lain
·
Mudah berburuk sangka terhadap orang lain
·
Cinta dunia melebihi kecintaan pada
akhirat
·
Sering mengabaikan ibadah
Puasa Ramadan diharapkan dapat mendidik hati kita
menjadi hati yang bersih dari kotoran hati, dan hati yang sehat bebas dari
penyakit hati (amrotul qulub).
Orang
yang berpuasa dan berhasil mendapatkan pendidikan hati, maka dia bisa menghadap
Allah dalam keadaan hati yang bersih (Qolbun Saliim).
Allah
berfirman,
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ ٨٨ اِلَّا مَنْ
اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ ٨٩
(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS
Asy-Syuura, 26: 88-89)
2. Pendidikan Nafsu
Madrasah
Ramadan mendidik jiwa kita agar menjadi jiwa yang tenang (nafsul muthmainnah).
Ciri-ciri
jiwa yang tenang adalah:
Memiliki
sumber keinginan yang baik, dicapai dengan cara yang baik, dan istiqomah dalam
kebaikan (selalu kembali kepada jalan kebenaran apabila sekali waktu
tergelincir dalam kesalahan).
Seseorang
yang memiliki jiwa yang tenang, bisa dikatakan otomatis khusnul khatimah. Allah
sendiri yang berkenan memanggil jiwa-jiwa yang tenang, dan memasukkannya ke
dalam surga.
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ -٢٧ ارْجِعِيْٓ
اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ -٢٨ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ -٢٩
وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ – ٣٠
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku. (QS Al-Fajr, 89: 27-30)
Orang yang memiliki jiwa yang tenang juga akan dimudahkan
Allah kelak pada Yaumul Hisab.
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ
maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah (QS
Al-Insyiqaq, 84: 8)
3. Pendidikan Akal Pikiran
Puasa
Ramadan juga menjadi sekolah bagi akal pikiran. Dalam teori psikologi, orang
yang berpuasa dapat mencapai tingkat ketenangan yang luar biasa. Saat berpuasa,
gelombang otak kita berada dalam posisi theta yang dihubungkan dengan memori
atau daya ingat serta tingkat kesadaran yang tinggi.
Itu
sebabnya, orang yang berpuasa bisa fokus pada hal-hal positif karena segala hal
negatif terbuang dari pikirannya. Itu sebabnya pula, bulan Ramadan adalah bulan
terbaik untuk menghafal Al-Quran karena dalam keadaan puasa, memori atau daya
ingat kita berada dalam kondisi puncak.
Seseorang
yang berpuasa dan berhasil mendapatkan pendidikan Akal Pikiran, dialah yang
berhak disebut sebagai Ulul Albab.
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ
الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ - الَّذِيْنَ
يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (QS Ali Imran, 3:
190-191)
4. Pendidikan Rasa
Puasa
Ramadan adalah sekolah yang memberikan pendidikan rasa. Hakikatnya, puasa
mendidik kita untuk dapat merasakan penderitaan orang-orang fakir dan miskin,
yang karena kekurangannya sering merasa kelaparan.
Rasulullah
sering mengingatkan kita, bahwa ukuran keimanan seseorang terletak dari
empatinya terhadap penderitaan orang lain.
“Tidaklah disebut mukmin orang yang kenyang sedangkan
tetangganya di sampingnya kelaparan” (HR Bukhari)
Maka, orang yang berhasil mendapat Pendidikan
Rasa di bulan Ramadan adalah orang yang memiliki karakter Ta’awuun, orang yang
ringan tangan, suka menolong sesama.
No comments:
Terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini